Chapter 1 "Al-Kisah"Nama ku rima, ini adalah kisahku tentang kuburan keramat yang selalu aku lewati tiap pulang kerja. Aku disini adalah anak rantauan yang pergi jauh dari asal kota tinggal ku menuju ke pelosok hanya untuk mencari nafkah serta pengalaman. Aku mencari kerja ke pelosok karena aku sudah merasa bosan tinggal dikota yang penuh sesak dengan asap polusi kendaraan serta kemacetan yang tiada akhirnya.
Tinggal dipelosok menurutku jauh lebih tenang dari kebisingan kota, lebih sejuk, serta lebih murah untuk biaya hidup sehari hari. Hidupku juga jadi tidak boros karena tidak ada hal mewah yang bisa dibeli dipelosok, cukup untuk makan dan sisanya ditabung saja.
Saat ini aku tinggal menumpang disalah satu rumah warga yang kebetulan dia mau menyewakan sebagian kamarnya untuk aku tempati. Rumahnya terbuat dari kayu tapi cukup layak lah untuk ditempati. Dikamar hanya disediakan 1 kasur kapuk biasa dan 1 lemari pakaian dari kayu jadi, serta dilapisi semen biasa untuk lantainya. Untuk kamar mandi berada diluar rumah tepat dibelakang rumah dan sekitarnya dipenuhi dengan banyak pohon pisang serta singkong.
Untuk penerangannya syukurlah disini sudah masuk listrik namun ada jadwal penggunaannya, biasanya listrik tidak nyala disiang hari, namun mulai nyala saat dimalam hari mulai dari jam 6 sore hanya sampai jam 12 malam saja.
Biaya sewa kamarnya pun cukup murah sekali, yaitu hanya 100ribu/bulan, ditambah lagi ada sarapan serta makan malam nya dari pemilik rumah, meskipun menunya sederhana ya kadang tempe, ikan asin, tahu, daun singkong dan sekitar-sekitar hasil panen sayuran lainnya lah, lumayan kan untuk pengiritan hehehe. Tapi kadang aku tidak enak juga atas segala kebaikan pemilik rumah, ya sekiranya aku ada rejeki lebih, atau habis gajian, aku bawakan makanan apa sajalah yang bisa dibungkus dibawa pulang untuk mereka.
Untuk sang pemilik rumah, mereka hanya tinggal berdua, aku menyebutnya dengan sebutan kakek serta nenek. Sangat baik, perhatian dengan aku, aku pun selalu dipanggil dengan panggilan cucu. untuk anak-anak mereka semua sudah menikah dan meninggalkan mereka berdua tanpa kabar. Itu saja yang aku tau dari mereka.
Aku saat ini bekerja di pabrik roti pinggiran kampung, lumayan jauh dari tempat aku tinggal saat ini. Kira-kira sekitar 25 kilo lah dari sini. Biasanya untuk pergi kesana selalu ada tumpangan warga yang hendak menuju pasar yang lokasi nya berada disamping tempat kerjaku, jadi ya apa salah nya ikut menumpang hehehe. Meskipun berdesak-desakan ga apa-apa yang penting gratis, hehehe. maklum aku harus irit dan menabung untuk masa depanku :).
"Cuuuuuu, sudah mau berangkat?" tanya nenek yang saat itu sedang menyapu halaman, "Iya nih nek" jawab aku. Kalo kakek mah ga usah ditanya, sejak subuh dia sudah pergi ke ladang untuk bercocok tanam. Jadi ya paling ketemu kakek malam saja. "Hati-hati dijalan ya cu" lanjut nenek. "Iya nek, makasih ya selalu doain aku".
Aku pun ikut berangkat dalam mobil tumpangan warga, bentuk nya sih seperti bemo, namun bukan bemo, entahlah apa namanya. Biasanya mobil ini berangkat dan berhenti untuk mampir menjemput para warga yang ingin bareng berangkat kepasar, tumpangan ini gratis karena sopirnya juga mau jual barang dagangan dipasar. Barang dagangan diikat diatas mobil, dan bagian dalamnya bisa dijadikan tumpangan gratis. Kalau untuk warganya sendiri, mereka ada yang kepasar untuk menjual ataupun membeli barang, atau keperluan lainnya. Dan ikut menumpang balik bersama sopir kembali untuk pulang, kalau aku tidak ikut pulang karena kan aku kerja sampai malam.
Didalam mobil, para penumpang becanda-becanda dengan bahasa jawa, sesekali aku dibuatnya tertawa. Pokoknya lucu aja deh tinggal dikampung hehehehe.
Setelah dua jam perjalanan akhirnya sampai juga lah di pabrik tempat kerja ku, meskipun tidak begitu besar, ya sekitar 20 orang pegawai wanita lah yang bertugas membuat roti, membakar, serta membungkusnya sampai selesai. Biasanya jam pagi digunakan untuk meracik roti dan mencetak, setelah selesai makan siangnya ketika roti sudah mengembang baru dimasukkan oven tungku api besar, dan sorenya sampai malam digunakan untuk membungkus roti. Sekitar 1000 roti/hari yang harus kita buat tiap harinya. Tidak begitu melelahkan sih, soalnya kalau 20 orang kerja kan masing-masing cuma dapat jatah 50 roti untuk dibungkus, banyak waktu senggang ketika mununggu roti mengembang dan ketika di oven.
Malam pun berlalu begitu saja, seperti biasa, jika ada kelebihan roti, boleh dibawa pulang, lumayan untuk kakek nenek dirumah serta untuk sarapan besok pagi, sekarang aku membawa 8 bungkus roti gratis.
Jam menunjukkan pukul 7 malam, kalau dikampung mah ini udah sepi banget, ga ada aktifitas lagi jam segini. Biasanya aku pulang ikut barengan pak radhino naik motor, Dia pemilik toko pakaian yang letaknya tidak jauh dari pabrik roti, dan kebetulan rumah nya 100 meter dekat tempat tinggal nenek.
Aku: "Udah lama pak nunggu?"
Bapak: "Ah baru aja sampe juga ini, Cuma bapak mau bilang dulu ke enneng nih, bapak ada keperluan sedikit di agen pabrik pakaian, 5 kilo lah dari sini. Enneng mau tunggu sini apa ikut aja? kira-kira 2 jaman lah bapak balik dari sana."
Hmmm... aku berfikir sejenak, sekarang jam 7 ya, 2 jam lagi sekitar jam 9. Jam pabrik roti biasanya masih ramai untuk pengepakan roti yang akan dikirim sampai jam 11.
Tentukan pilihan anda Pilihan 1: Tunggu di pabrik
Pilihan 2: Ikut bapak aja deh
Chapter 2 "Tunggu di pabrik"Aku: "Aku tunggu sini aja deh pak"
Bapak: "ga papa neng?"
Aku: "gapapa pak, daripada nanti disana saya ngeganggu aktifitas bapak.toh pabrik masih rame juga sampe jam 11"
Bapak: "yaudah neng ya, bapak jalan dulu sebentar"
Aku: "Ati-ati pak ya"
Bapak: "Tenang aja neng"
Breeeem... si bapak pun pergi. Aku pun kembali masuk kedalam pabrik dan hanya duduk-duduk saja melihat pegawai pengepakan melakukan persiapan packing untuk dikirim supaya besok pagi semua roti sudah siap di agen-agen penjualan.
tak sadar 2 jam pun berlalu. Akhir nya si bapak selalu menepati janjinya dan datang tepat waktu menjemput aku.
Bapak: "Ayu neng, udah kemaleman ini, nanti biar bapak yang jelasin ke nenek dirumah"
Aku: "iya pak"
Aku pun naik dan beranjak pulang bersama sibapak. Aku tidak begitu kuatir karena sibapak sudah sangat dipercaya oleh kakek nenek dirumah. Perjalanan pun seperti biasa dikampung sangat lancar dan sangat sepi sekali sudah jam segini.
Kira-kira waktu sudah menunjukkan hampir pukul 10. Kira-kira 1 kilo lagi lah sampai rumah. Jalanan yang rusak membuat kami berjalan sangat perlahan tapi pasti.
"Kiiiiiiiiiik..." Suara motor berhenti mendadak. Aku tidak tau apa yang terjadi, motor berhenti tepat diarea pemakaman warga. Kami berdua pun turun dari motor. dan sibapak pun mengecek motor nya.
"Waduh, ternyata rem nya rusak neng, ga bisa jalan, padahal mesin masih bisa hidup. harus dibongkar dulu ini. Enneng mau pulang sendiri apa nunggu bapak benerin motor dulu?"
Tentukan pilihan anda Pilihan 1: Dikit lagi sampe mendingan pulang
Pilihan 2: Tunggu dulu aja, takut pulang sendiri
Chapter 2 "Ikut bapak aja deh""Aku ikut bapak aja deh ya, toh disini aku juga ga ada kerjaan lagi" aku memilih ikut sibapak.
"Yaudah kalo gitu neng"
Kami pun berangkat menuju ke tempat pusat agen pakaian sibapak. Cuma 15 menit dari pabrik, cukup cepatlah.
"Sini neng, tunggu disini dulu ya"
"Iya pak, gapapa bapak lanjut aja"
"Iya neng, maaf nih aga lama ya"
"Siap pak :)"
Sambil tersenyum membalas ucapan bapak, akupun menunggu diteras rumah si pemilik pusat agen pakaian. Dihiasi lampu petromak, ada dua buah bangku disini dan satu meja klasik semua terbuat dari kayu jati.
Suasana depan rumah sangat-sangat sepi tak ada penduduk, hanya pohon-pohon kapuk terlihat. Dan aku lihat disamping rumah sekitar jarak 100 meter ada rumah kecil dengan dihiasi cahaya petromak juga. Mungkin itu warung Kebetulan aku haus.
Tentukan pilihan anda Pilihan 1: Beli minum diwarung dulu
Pilihan 2: Tunggu bapak aja deh 1 setengah jam lagi
Chapter 3 "Dikit lagi sampe mendingan pulang"
"Aku pulang duluan aja deh pak ya, dikit lagi sampe ko"
"Oh yaudah, ati-ati neng ya"
Aku pun bergegas pulang kerumah sambil tergesa-gesa supaya cepat sampai dan bisa istirahat dirumah, kakek nenek juga pasti sudah khawatir.
Selangkah demi selangkah aku lewati.
"srek... srek... srek..." Tiba-tiba aku mendengar suara langkah dari arah belakang aku, mungkin itu sibapak. Aku menoleh dan mencari tahu. ........ "Pak?" tidak ada siapa-siapa ternyata. Ah suara kodok mungkin. Aku pun berjalan lagi dengan langkah yang lebih cepat.
"srek... srek... srek..." Tiba-tiba suara langkah itu terdengar lagi dari arah belakang aku, aku pun tidak berani menoleh karena perasaanku sudah mulai tidak enak! Suara itu semakin mendekat!
Serentak aku langsung lari sekencang kencang nya menuju rumah.
1 menit, 2 menit, 10 menit, 15 menit aku telah berlari sangat kencang sampai aku kelelahan. Aku baru sadar kalau aku kesasar! Padahal aku sudah lari dengan arah yang benar dan pasti! Tapi Aku tidak menemukan rumah nenek! Aku menoleh kanan kiri depan belakang untuk memastikan, "Benar-benar sepi dan gelap gulita, tak ada satupun rumah!". Aku semakin takut dan tidak henti-hentinya bulu kudukku berdiri. Yang ada hanya pohon pisang aku lihat! Aku sudah tidak bisa berfikir jernih lagi karena saking takutnya.
"srek... srek... srek..." Tiba-tiba suara itu muncul lagi dengan suara yang aga keras dan berhenti tepat dibelakangku, aku tidak berani menoleh karena saking takutnya!
Aku pun menoleh dengan cepat! Tak ada siapa siapa! Semakin membuatku ketakutan!
Aku mundur secara perlahan sambil mengeluarkan keringat dingin. Mundur terus, mundur. Rasa takut semakin menjadi jadi. Aku pun bersiap membalikkan badan dan akan berlari lagi sekencang kencang nya!
Akupun membalikkan badan dengan cepat! dan apa yang muncul dihadapanku!!!!!!! Sesosok nenek-nenek tua dengan rambut kusam sangat panjang sampai ke tanah dengan dibalut kain kafan penuh darah yang berbau sangat busuk!!! sebelah matanya berlubang dipenuhi belatung! serta sekujur kulit serperti bisul-bisul besar yang bernanah darah!!!
Hanya itu yang sempat aku saksikan dalam sekejap mata tidak sampai satu detik aku langsung terkapar ketanah jatuh pingsan!
______TAMAT!______
Terimakasih Telah Membaca :)
Chapter 3 "Tunggu dulu aja, takut pulang sendiri"
Aku: "Aku tungguin bapak aja deh, takut pulang sendiri"
Bapak: "Oh yaudah, aga lama nih neng tapi ya, bongkar ban belakang dulu, ya paling sih 15 menit sih"
Aku: "Iya pak ga papa ko, asal ada bapak aku tenang"
Sibapak hanya tersenyum dan mulai membongkar motor nya. Aku perhatikan si bapak aga aneh. Sesekali membongkar motor sambil menolehkan kepala ke arah belakang tepat nya ke arah kuburan warga.
Aku: "Pak? Ko bapak liat kebelakang terus sih?"
Bapak: "Ah... ga papa neng, Bapak cuma aga merinding aja, Soalnya denger kata warga yang pernah ngalamin sih ini ya, di pemakaman ini ada satu makam keramat yang suka ngeganggu."
sekejap aku terkejut dan menegakkan badan, dalam hati menjadi aga kuatir dan ditambah lagi bulu kudukku mulai berdiri. si bapak pun melanjutkan pembicaraannya.
"Makam tersebut dulunya adalah rumah seorang nenek yang hidup sebatang kara dan tidak pernah mau dikunjungi ataupun dibantu oleh tetangga sekitar dan akhir nya mati membusuk dirumahnya. Mayatnya baru diketemukan sekitar sebulan setelah bau nya tercium warga. Tadi nya mayat nenek itu mau dipindahkan dan dikubur di tempat kuburan yang layak, namun mayat tersebut tidak bisa diangkat sama sekali. Ya sudah warga sepakat untuk mengubur didalam rumahnya dan membongkar rumahnya menjadi bentuk seperti makam kuburan keramat yang hanya disekat pinggirannya dan atap secukupnya. Setelah kematian nenek tersebut, ada beberapa warga mengalami hal-hal aneh setiap malam setelah pukul 11 kalo lewat sini."
Aku hanya bisa bengong sambil ketakutan mendengar cerita sibapak, dan aku pun hanya bisa mendengarkan ceritanya dengan serius dan tidak bisa berkata apa apa lagi.
"Tak..." Aku dan bapak terkejut!!! seperti ada yang menyambit motor bapak dengan batu yang lumayan cukup besar. kira-kira seukuran bola pingpong.
"Haduh, udah ga beres nih. Ayu neng kita jalan kaki. Biarin motor saya besok pagi tak ambil lagi" Ajak sibapak seakan akan sudah tidak tahan dengan gangguan yang datang. Aku pun ikut apa perintah sibapak.
Sibapak pun menutupi motornya dengan rumput-rumput liar dan dengan segera langsung meninggalkan lokasi bersama Aku. Aku dan bapak berjalan beriringan, soalnya aku ga berani dibelakang dan tidak berani didepan. Jalan kita berdua sangat cepat, tapi tidak berlari.
"BUUUG!!!" Sibapak jatur tersungkur dan kulihat kepala nya berdarah terkena lemparan batu tajam. Aku berteriak sekencang-kencangnya.
"TOOLOOOOO....." teriakan ku terpotong seketika, dan apa yang kulihat saat ini sangat menyeramkan, teriakanku terpotong karena ada sesuatu yang muncul tepat dihadapanku!!!!!!! Sesosok nenek-nenek tua dengan rambut kusam sangat panjang sampai ke tanah dengan dibalut kain kafan penuh darah yang berbau sangat busuk!!! sebelah matanya berlubang dipenuhi belatung! serta sekujur kulit serperti bisul-bisul besar yang bernanah darah!!!
Hanya itu yang sempat aku saksikan dalam sekejap mata tidak sampai satu detik aku langsung terkapar ketanah jatuh pingsan!
______TAMAT!______
Terimakasih Telah Membaca :)
Chapter 3 "Beli minum diwarung dulu"
Karena saking hausnya, aku putuskan untuk pergi kewarung sebentar. Aku pun beranjak kesana. Aku semakin dekat dengan warung. Dan terus semakin dekat. "Kok sepi ya?" Dalam hatiku, aku terus mendekat untuk memastikan ini warung apa bukan sih, tapi tempat nya terbuka ko layaknya warung. 4 Tiang dan satu atap, pinggirannya setengah hanya dibatasi jerami daun kelapa dan tidak terlalu tinggi. "He em warung pasti nih" aku meyakinkan hati aku. Aku pun semakin dekat dan aku bisa lebih jelas memastikannya. Sekat setengahnya diantara 4 tiang bisa aku gunakan untuk mengintip.
Aku tengokkan kepalaku keatas sekat jerami untuk mengintip kedalam, dan apa yang aku lihat di antara petromak? sebuah makam tua! Aku terkejut, tegang, merinding. Serentak aku langsung balik badan dan lari sekencang kencang nya menuju rumah si agen.
1 menit, 2 menit, 10 menit, 15 menit aku telah berlari sangat kencang sampai aku kelelahan. Aku baru sadar kalau aku kesasar! Aku tidak menemukan satupun rumah! Aku menoleh kanan kiri depan belakang untuk memastikan, "Benar-benar sepi dan gelap gulita, tak ada satupun rumah!". Aku semakin takut dan tidak henti-hentinya bulu kudukku berdiri. Yang ada hanya pohon kapuk aku lihat! Aku sudah tidak bisa berfikir jernih lagi karena saking takutnya.
"srek... srek... srek..." Tiba-tiba aku mendengar suara langkah dari arah belakang aku, aku tidak berani menoleh karena saking takutnya! Suara itu semakin mendekat! Tapi aku penasaran, siapa tau itu suara langkah salah satu warga yang baru pulang dari ladang. dan aku bisa minta tolong ke dia.
Aku pun menoleh dengan cepat! Tak ada siapa siapa! Semakin membuatku ketakutan! Tapi suara langkah itu tetap ada dan semakin mendekat!
Aku mundur secara perlahan sambil mengeluarkan keringat dingin. Mundur terus, mundur. Rasa takut semakin menjadi jadi. Aku pun bersiap membalikkan badan dan akan berlari sekencang kencang nya!
Akupun membalikkan badan dengan cepat! dan apa yang muncul dihadapanku!!!!!!! Sesosok nenek-nenek tua dengan rambut kusam sangat panjang sampai ke tanah dengan dibalut kain kafan penuh darah yang berbau sangat busuk!!! sebelah matanya berlubang dipenuhi belatung! serta sekujur kulit serperti bisul-bisul besar yang bernanah darah!!!
Hanya itu yang sempat aku saksikan dalam sekejap mata tidak sampai satu detik aku langsung terkapar ketanah jatuh pingsan!
______TAMAT!______
Terimakasih Telah Membaca :)
Chapter 3 "Tunggu bapak aja deh 1 setengah jam lagi"
Mmmm, mending tunggu pak radhino selesai aja deh. Dari pada aku kesana sendirian belum kenal tempat ini, nanti diapa-apain orang.
Sudah sekitar setengah jam aku menggungu pak radhino, tapi sepertinya beliau masih lama. Ga apa lah, toh nanti juga selesai dan pulang. Semoga saja kakek dan nenek dirumah tidak khawatir, pasti dia mencari kerumah pak radhino, dan pak radhino sendiri itu sudah sangat dipercaya oleh kakek dan nenek dirumah.
Sambil terus aku pandangi cahaya terang yang ada ujung sana, dalam pikiran kesana tidak ya, haus sudah mulai menjadi-jadi.
"Krek..." Kaget minta ampun aku, bangku sebelah yang kosong berbunyi seperti ada yang menduduki. Ah mungkin sudah reot bangkunya. positif thinking aja deh.
Aku berdiri dan terus aku perhatikan bangku tersebut, mmmm... memang reot kali ya. Aku coba dudukin saja deh. Aku beranjak kebangku tersebut dengan mengelilingi meja. Aku goyang-goyangkan bangku tersebut dan terlihat kekar tidak ada masalah.
"Sreeeeek...."
"AstagfiruLLah..." terlompat aku mundur kebelakang melihat bangku tersebut bergerak miring sedikit. Dag dig dug jantung aku ditambar gemetar keringat dingin.
"pak radhino!!!!" Aku langsung lari masuk kedalam sambil berteriak. Dan aku melihat pak radhino yang sedang berdiskusi memandang ke arahku.
"bangku.... bangku...."
"bangku.. bangku.. didepan"
"itu loh... bangku..."
"bergerak.."
"bangku bergerak"
"bangku bergerak sendiri pak!!!"
Sambil ngos-ngosan dan gagap aku berusaha menjelaskan kejadian tadi.
"Sini neng duduk dulu" Kata pak mulyadi, sipemilik rumah.
"Waduh pak radhino ini, bawa teman ko tidak bilang-bilang, malah disuruh tunggu dilaur lagi"
sipemilik rumah berkata sambil tersenyum ke pak radhino. dan pak radhino juga hanya membalas dengan senyuman sambil menunduk.
"Bu... Ibu..."
"Tolong tutup pintu serta ambilkan kembang 7 rupa serta kemenyan"
pak mulyadi memanggil istrinya. Entah apa yang terjadi dan apa yang akan dilakukan pak mulyadi aku tidak tahu, tapi perasaanku semakin tidak enak.
"Jadi gini neng ya, Di ujung samping rumah kami itu ada makam keramat"
sekejap aku terkejut dan menegakkan badan, dalam hati untung aku tidak jadi kesana tadi untuk beli minum yang aku kira itu tadi adalah warung. Pak mulyadi pun melanjutkan pembicaraannya.
"Makam tersebut dulunya adalah rumah seorang nenek yang hidup sebatang kara dan tidak pernah mau dikunjungi ataupun dibantu oleh tetangga sekitar dan akhir nya mati membusuk dirumahnya. Mayatnya baru diketemukan sekitar sebulan setelah bau nya tercium warga. Tadi nya mayat nenek itu mau dipindahkan dan dikubur di tempat kuburan yang layak, namun mayat tersebut tidak bisa diangkat sama sekali. Ya sudah warga sepakat untuk mengubur didalam rumahnya dan membongkar rumahnya menjadi bentuk seperti makam kuburan keramat yang hanya disekat pinggirannya dan atap secukupnya. Setelah kematian nenek tersebut, warga mengalami hal-hal aneh setiap malam dan seperti ada gangguan, jadi semua warga selalu menyiapkan kembang 7 rupa dan kemenyan yang disimpan dirumahnya agar tidak mengalami kejadian aneh akibat gangguan nenek tersebut."
Aku hanya bisa bengong sambil ketakutan mendengar cerita pak mulyadi, dan aku pun hanya bisa mendengarkan ceritanya dengan serius dan tidak bisa berkata apa apa lagi.
"Mungkin si nenek itu penasaran sama orang baru, yaitu enneng. Makanya dia mampir kesini. Supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan nanti pas enneng jalan pulang. Kita adakan ritual sedikit ya. Insya Allah aman nanti dijalan amin"
Kemenyan pun dibakar dan kembang 7 rupa ditaburkan diatasnya. Kepulan asap kemenyan di ayunkan mengitari tubuhku.
"BRAKK!!!"
Suara pintu rumah yang tadinya tertutup dan terkunci seperti ada yang mendobrak, aku kaget dan semakin takut.
"Tidak apa-apa neng, sepertinya si nenek kesal karena ga bisa ganggu enneng. jangan dipikirin ya neng, pak radhino sudah mengerti dan paham, nanti enneng kan pulang sama pak radhino pokoknya sudah aman"
______TAMAT!______
Terimakasih Telah Membaca :)
Jika cerita ini bagus, silakan klik tombol bintang berikut untuk memberikan penilaian cerita sebagai semangat serta apresiasi berupa nilai score poin kepada penulis
![](https://moresharecorp.github.io/nosatif.exe.bz/images/icon-log-poin.jpg)
--Baca Ulang?--